Sabtu, 21 Desember 2013

IBU, Cinta Tanpa Akhir.

Pertanyaan selama dua puluh enam tahun, tentang 'Apa rasanya jadi seorang Ibu' kini terjawab setelah memiliki seorang putri kecil.  


Jadi ibu merupakan pengalaman ter-Nikmat yang pernah saya rasakan seumur hidup.  Semua lelah dan sakit terbayar lunas saat melihat anak sehat, tumbuh dan berkembang baik, serta bisa jadi anak shalih/shalihah yang mendoakan kedua orangtuanya.

Ibu, sekaligus Ummi bagi si putri kecil selama ini tidak pernah menceritakan kisahnya dalam mengasuh saya selama ini.  Padahal saya ingin sekali tahu seperti apa rasanya jadi seorang ibu pada saat sebelum hamil.  Kini saya bisa rasakan bagaimana rasanya jadi ibu, dan membayangkan betapa luarbiasa sosok ini. 

Mungkin saja beliau tidak bisa bercerita pengalaman jadi seorang ibu dengan kata-kata.  Sebab apapun yang dilakukan Ibu dasarnya adalah cinta kasih yang tulus sepanjang waktu.  Tak mengharapkan imbalan apapun. Yang ada hanya perasaan bahagia selalu menyelimuti batin selama melayani putra-putrinya. Ibu hanya memiliki harapan besar agar anak-anaknya jadi hamba Allah SWT yang shalih.

Bu, walaupun kini kita terpisah jarak dan waktu.  Namun saya yakin dalam setiap langkah, selalu teriring doa restunya supaya saya senantiasa dilimpahi kebahagiaan dan berkah dari Allah SWT.  

Begitupun doa terbaik untukmu Ibu, semoga selalu dalam lindungan Allah SWT, dipanjangkan usia yang berkah agar kami bisa merasakan kasih sayangmu dan membalas semua kasihmu di dunia, juga diberi kesehatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat nanti.

We love you, Ibu & Ummi...

Selamat hari Ibu bagi Ibu, calon ibu dan wanita di manapun berada..




'Posting ini dibuat dalam rangka menyambut Hari Ibu Kumpulan Emak-emak Blogger (KEB) 22 Desember 2013'


Rabu, 11 Desember 2013

Si cantik kok kedip-kedip?!

Ikut ngeramein status tanggal cantik ah... Jadinya nulis tentang diri sendiri yang pasti termasuk kategori cantik. *hoeek* Hey, okey... It's not a about me but the daughter of me. Deal. 

Seminggu lalu saya sempet shock, karena ngga seperti biasanya Sera punya kebiasaan baru yaitu kedip-kedip mata. Kaya kelilipan, berulang kali dalam waktu berdekatan. Ngga ada tanda mata iritasi atau kemerahan pula. Waduh kenapa ini???

Apa mungkin gara-gara main gadget keseringan ya? Atau baca buku di kamar sambil tiduran? Nonton video di laptop terlalu dekat? Saya penasaran kenapa Sera bisa begini. Khawatir kalau keterusan harus dibawa ke dokter mata. 

Ngga berhenti disitu demi menghapus kegalauan, langsung googling cara menghilangkan mata berkedip-kedip pada anak. Dari beberapa poin saya baca ada banyak penyebab tic (istilah medis untuk gejala ini) diantaranya gangguan pada syaraf mata, kurangnya jumlah air mata (mata kering), dan persoalan psikologis.

Saya curiga Sera alasan ketiga alias psikologis.  Bisa jadi dia mengalami ketidaknyamanan yang menyebabkan timbuk kedipan. Entah itu takut disapih atau takut karena mamehnya galak kali ya? Haduuh, padahal sejauh pengasuhan dengan cinta saya ini Sera tampak seneng-seneng aja ngga tanda gelisah, khawatir, takut dan tanda mengarah tidak nyaman. 

Ini dia biang keladinya. 
Perasaan galau dan khawatir ini terus menghantui sampai satu waktu Sera bilang, "Mau video kedip-kedip Mameh.." Lalu saya ingat ada satu video Sera usia 11 bulan pas lagi kedip-kedip. Memang sih Sera suka nonton video-video jaman dia bayi di handphone.  Di video yang dimaksud Sera tadi ada tentang neneknya Sera nanya, 'mana cantiknya?' Si putri kecil ini merespon dengan kedip-kedip seperti mata genit. 

Oh Tuhan, gara-gara nonton video itu toh Sera jadi kedip-kedip terus. Artinya kebiasaan ini muncul karena dipelajari bukan sakit apapun. Huwaahh.... Rasanya sedikit lega. Tinggal tugas saya berikutnya gimana cara menormalisasikan lagi seperti sedia kala. 

Caranya simpel aja, tips ala Mameh ialah cukup jauhkan dari sumber penyebabnya yaitu video kedip-kedip. Sebagai gantinya main yang lain dan selalu alihkan setiap kali dia ingat mau nonton. Alhamdulillah seminggu dari situ udah normal lagi.  *sujudsyukur*

Anak dua tahun memang luar biasa ya. Mereka punya otak yang bisa merekam apapun dengan cepat. Ngga salah Daniel Goleman sebut rentang usia dibawah 6 tahun ini 'the golden age' alias masa keemasan anak. 

Terkait kejadian diatas pendapat saya begini, pada usia 2 tahun si anak belajar menghubungkan informasi dan membuat pola pikir mandiri. Mungkin, selama ini cukup banyak yang bilang Sera cantik, lucu, manis, dll. Dan dia mengelola informasi cantik itu dengan  kejadian dulu waktu kecil kalau ditanya mana cantiknya maka dia kedip-kedip. Sementara itu respon positif dari orang si sekitar waktu Sera kedip misalnya tepuk tangan, bilang hore, tertawa, dll yang memperkuat Sera mengulangi lagi dan lagi. Hmm, di pikirannya Sera mungkin gini, aku cantik makanya harus kedip-kedip biar orang seneng sama aku.... 

Semoga para orangtua khususnya saya bisa lebih awas memeperhatikan perkembangan anak-anaknya. Setiap anak cerdas, memang benar. Namun itu semua bergantung pada stimulasi dan pengaruh lingkungan dimana ia berada. Saya jadi makin terpacu manfaatkan masa keemasan ini dengan mengajari banyak hal yang menggali semua aspek kecerdasan anak seperti bahasa, musik, logika, dll. Siapa tahu kalau sudah besar bisa jadi presiden.... Hehe eh, Aamiin!


Rabu, 04 Desember 2013

Random Story #3

"Mpok, bilang ke ibu X mau ngga beli tas saya, merk ABC. Waktu dulu dibeli harganya 50 juta boleh ditawar." 
"Iya Nyah, tapi kenapa dijual sih sayang amet?"
"Saya lagi butuh duit nih."

  Tanpa menunggu lama si Mpok pun pergi ke rumah ibu yang dimaksud.

"Heh Non! Si Ibu ada di rumah kaga'?"
"Oh Ibu teh lagi pergi Mpok. Ada apa ya Mpok tanya-tanya ibu?"
"Itu si Nyonya nawarin tasnya mau kaga' harganye 50 juta aje. Boleh ditawar..."
"Ehm gitu.. iya atuh nanti saya bilang ke si Ibu"

  Beberapa hari kemudian si Nyonya menanyakan perihal tasnya tersebut ke Noni.

"Non, gimana Ibu? Mau ngga tas saya?"
"Oh, Kata si Ibu teh nanti bilang dulu sama Bapaknya"
"Yaudah deh... Saya tunggu ya!"

  Lama tak terdengar kelanjutannya, si Nyonya pun diselimuti rasa penasaran kira-kira si Ibu mau ngga sih sama tas nya. Akhirnya terdengar ketukan di pintu rumah si Nyonya.

"Punteen... Mpok, ada Nyonya?"
"Eeh si Noni! Lama ga keliatan, kemane aje lu! Nyaa, ini ada si Noni!"
"Iya Mpok, saya mah di rumah aja..."

"Eh akhirnya Noni dateng juga, gimana-gimana kata si Ibu?"
"Punten Nyonya, kata si Ibu teh tas kaya gitu mah ibu ngga biasa pakai.."
"Oh, kenapa? kemahalan ya? Tawar berapa aja dech, dicicil juga boleh... Merk ABC loh waktu itu saya beli di Paris..."
"Engg.. eng... engga Nya, kata si Ibu teh ibu biasanya mah pakai yang lebih mahal dari itu...."

  Kemudian si Nyonya dan si Mpok saling berpandangan.

Inspired from true story, keep smile and beautiful... :)

Ala Sinetron.

Saya bukan pecinta sinetron.  Konon katanya menonton sinetron bisa memberikan efek ketagihan mengikuti episode demi episodenya.  Belum lagi adegannya suka berlebihan alias lebay ngga ketulungan. Maka dari itu saya ngga mau jadi korban sinetron mending korban domba aja deh. (Itu qurban, woy!)

Penasaran deh, lika-liku cerita dalam sinetron apa benar terinspirasi dari kejadian nyata atau rekayasa sang sutradara belaka?! Pasalnya, adegan di sinetron hampir selalu mirip antara satu sama lain. Seperti cerita seputar dua insan si kaya dan si miskin, lalu mereka jatuh cinta satu sama lain.  Orangtua si kaya tidak setuju, namun berjuang mendapat restu orangtuanya dengan segala cara. Ada juga kisah sinetron tentang pria mapan yang berselingkuh tanpa diketahui oleh keluarganya.  Adegan berikutnya adalah anggota keluarga memata-matai si pria itu untuk membuktikan perbuatan buruknya.  Cerita lain tentang suami lalim yang kerap kali mabuk-mabukan dan menyiksa istri dan anaknya di rumah.  Si istri sebagai tokoh baik seringkali beradegan berdoa memakai mukena dengan make-up tebal meminta pertolongan kepada Tuhan YME. Lalu cerita sinetron ibu tiri yang hanya ingin mengeruk harta suaminya dan memusuhi anak-anak tirinya.  Dan cerita-cerita 'khas' sinetron lainnya.

Apa benar dalam kehidupan nyata seperti itu?!?
Ternyata cerita seperti itu bukan di negeri antah berantah, melainkan sangat dekat dengan kita sendiri. Reaksi saya kaget awalnya, saat saya dengar dan saksikan kisah-kisah nyaris sama dengan kisah sinetron diatas persis di sekitar saya dan orang-orang yang saya kenal.  Ada yang jadi korban perselingkuhan, dan yang lain berselingkuh diam-diam.  Kekerasan dalam rumah tangga terhadap istri sendiri dan kekerasan terhadap asisten rumah tangga. Anak tidak hormat bahkan berkata yang tidak pantas terhadap orang tuanya.  

Tidak sampai disitu saja, kalau kita nyalakan televisi, berita-berita serupa bermunculan.  Misalnya baru-baru ini terjadi ada seorang artis perempuan yang menabrakkan mobil ke rumah seorang pengusaha sampai rusak mobil dan rumah mewah si pengusaha tersebut.  Artis tersebut menghilang entah kemana, sementara pengakuan mencengangkan adalah si empunya rumah itu malah mengakui telah menabrakkan mobil ke rumahnya sendiri. Weleh.. weleh..

Makin sini, saya perhatikan ternyata banyak kisah-kisah sinetron di sekitar kita.  Atau bahkan dalam kehidupan kita sendiri pun secara tidak disadari memiliki alur cerita layaknya sebuah drama penuh konflik, intrik, dan kisah perjuangan yang mengharu biru. Kalau kata Teh Nicky Astria dalam lagunya, "Dunia ini panggung sandiwara... Ceritanya mudah berubah..." Hey, berarti kita sebetulnya hidup di dunia sinetron?!

Jika memang demikian adanya, seperti dalam kisah sinetron kita tinggal pilih peran, sebagai tokoh jahat (antagonis) atau baik (antagonis)? Atau hanya peran pembantu? Dan seperti apa akhir kisah 'sinetron' yang kita lakoni? Atau dibiarkan seperti air mengalir sampai sang Maha Sutradara menentukan jalan ceritanya?