Kamis, 18 Juli 2013

Sera vs Afika.




Cerita si Renovasi

Gatel rasanya jari-jari ini gara-gara sebulan ga nulis di blog. Begitu juga dengan isi otak udah ngebul, bahan ceritaan sudah berjejalan di sisi otak bagian kanan, kiri, tengah, depan dan belakang.  Supaya ngga nge-hang, kudu buru-buru menumpah-ruahkannya nih (bahasa oh bahasa).

Absen buka blog kemarin-kemarin soalnya saya dapet peran baru jadi seorang mandor renovasi dapur.  Ini kali pertama bersinggungan sama area 'kasar' macam tukang, material bahan bangunan, milih desain dapur yang diinginkan, mencocokkan harga dengan budget, dan lain-lain disamping ngurus tugas sehari-hari sebagai IRT sejati. Semua itu harus saya tangani sendiri di rumah sebab sang suami bekerja ditambah ngga ada asisten rumah tangga.

Tiap hari selama renovasi ada agenda baru membuatkan minuman tukang, menyiapkan cemilannya, mengecek pekerjaan tukang, browsing harga bahan bangunan di internet, sementara rumah bagai kapal pecah bertabur debu cucian menggunung.  Ah ya, apakabar Sera pas rutinitas tadi??? Tetap menempel cantik pada si Mameh sampai kesulitan bergerak dan nangis-nangis kalau pisah walau sebentar. Alhasil cara buat Sera anteng dengan mengunci diri di kamar sambil buka laptop nonton kartun via Youtube. Komplit sudah.  Makanya selama proses renovasi itu, saya berhasil dibuat tegang, bingung, galau, cape', sensitif, ga sabar, bahkan ada adegan saya curhat ke suami diakhiri adu pendapat sampai berlinang air mata.  Hmm, lebaynya si Mameh.

Penyebabnya kurang lebih gini, ketidak-siapan saya berhadapan sama hal-hal seputar renovasi dan terhadap masalah-masalah yang muncul disekitarnya.  Semacam molor waktu dari yang dijanjikan akan selesai, tukang salah dengar instruksi sampai harus bongkar keramik, tukang satu hari absen kerja, dll.  "Kok gini sih? kok gitu sih?" keluhan saya pada suami setelah melihat hasil kerja para tukang. Padahal suami juga sama-sama bingung dan kecewa. Keluhan saya tadi salah sasaran sebab kami berdua merasa sebagai korban.  Suasana di rumah langsung berubah ngga nyaman, antara kesal marah kecewa.  Ngga mau perasaan negatif ini berlarut-larut, saya dan suami berdiskusi panjang lebar menyusun strategi sisa proyek renovasi ini alih-alih saling menyesali dan menyalahkan keadaan.

Yap, satu episode pelajaran berharga dalam hidup berumahtangga baru saja saya lalui. Dan selalu ada hikmah berharga untuk saya resapi.  Misal supaya saya jadi lebih sabar menghadapi keadaan diluar harapan saya, berusaha berempati di posisi orang lain, berpikir positif pada keadaan terjelek sekalipun, dan lebih bersyukur atas rezeki dari Tuhan.  InsyaAllah sekarang saya jadi lebih siap ketemu sama si renovasi. *dandan cantik*ehh*

Hmm, nanti kalau sudah jadi dapur barunya saya posting ke blog deh.