Saya suka mendengarkan cerita salah seorang sahabat saya jaman kuliah yang selalu merayakan hari istimewa mereka dengan cara berbeda setiap tahunnya. Misalnya tahun ini mereka makan malam di rumah meskipun dengan nasi goreng yang dibeli dari abang langganan dekat rumah mereka. Simpel dan romantis. Pernah, saat mereka masih pacaran dulu, si cowok menghias kamar sahabat saya dengan menaburkan bunga mawar merah diatas tempat tidurnya. Lalu setangkai mawar putih dan kartu bertuliskan 'Happy Birthday' tergeletak persis di tengah taburan kelopak mawar merah itu. Romantis banget tuh kaya di film Eiffel I'm in Love yaaa.....
Tanggal 28 November 2013 adalah hari jadi pernikahan kami yang ketiga. Seperti tahun-tahun sebelumnya, diawali hari-hari seperti biasa dan diakhiri dengan kejadian sang suami 'lupa' kalau ini hari penting kami. Biasanya hampir selalu saya yang duluan mengucapkan, 'Happy Anniversary!' Sementara suami, sibuk dengan kesibukan di kantor jadi wajar aja lupa. Selain itu beliau bukan tipe suami romantis.
Saya juga bukan tipe orang romantis dan ngga suka kejutan. Aneh ya, mungkin dulu waktu kecil saya lihat orangtua tidak pernah melakukan perayaan khusus baik itu ulang tahun anak-anaknya maupun ulang tahun mereka sendiri. Iya, seperti itu. Seringkali beberapa dari kami anak-anaknya malah mengingatkan ulangtahun masing-masing.
Kebetulan suami pun sama, bapak mertua saya tidak pernah merayakan hari ulang tahun anak-anaknya secara khusus misalnya meniup kue ulang tahun. Menurut beliau, itu seperti tradisi orang Belanda. Hehe. Jadi, latar belakang suami pun hampir mirip dengan saya ngga ada sejarah romantis. Kalu begitu, kami ini termasuk pasangan tidak romantis dong?! Hmm, bisa jadi.
Pernah saya terbersit ingin merayakan hari jadi seperti sahabat saya dan pasangannya. Suatu ketika sisi sentimentil saya muncul dan berharap ada romantisme dalam kehidupan kami. Namun semakin saya ingin diperlakukan romantis dan manis malah semakin saya tersiksa. Karena apa yang saya inginkan tidak pernah terjadi. Suami saya bukan cenayang yang bisa membaca pikiran saya dan keinginan saya. Sementara saya gengsi bilang kalau saya ingin makan malam berdua, atau dikasih kado, atau apalah yang romantis-romantis gitu.
Jawabannya adalah suami saya bukan tipe romantis. Titik. Seberapa kuat saya berharap suami saya akan berlaku romantis akan sia-sia karena kalaupun itu terjadi bukan atas dasar dalam dirinya. Seperti waktu itu suami saya dikasih saran oleh kawannya begini,
"Sering-seringlah kasih kejutan ke istri. Misalnya kasih baju, sepatu, apapun yang istri suka tanpa sepengetahuan istri."
Mendengar suami bercerita ini, jantung saya berdegup kencang, menunggu jawaban apa yang akan keluar dari suami saya. Mungkinkah suami saya akan melakukan hal ini? Jika iya, saya bakalan happy ngga ketulungan. Begini jawaban suami saya pada saat itu,
"Apa mesti kaya gitu? Gimana kalau bajunya kekecilan atau ngga cocok sama selera istri?"
Doeng.. Plak.. Dung.. Tengg.......Mendengar jawaban suami saya rasanya seperti jatuh dari apartemen tingkat 70!
Sayangggg, pleaseeee.... Bukan bajunya yang kekecilan atau ngga cocok. Tapi perhatiannya! Istri mana yang ngga suka dikasih perhatian?! Batin saya menyeruak. Pikir-pikir jawaban suami saya bener juga ya, jadi lucu deh. Hehehehe. Itulah uniknya suami kesayangan saya.
Semenjak saat itu, saya berpikir ulang tentang keromantisan dalam perayaan hari jadi. Romantis dan ngga romantis itu bukan ukuran kebahagiaan pasangan kok. Banyak pasangan yang ngga romantis langgeng aja tuh seperti orang tua saya. Yang terpenting adalah pasangan memahami dan mau menerima kekurangan masing-masing, komunikasi terjalin lancar dan tujuan pernikahan tercapai.
Suami saya bukan tipe romantis itu memang betul. Tapi satu hal yang kemudian saya ingat dan tanamkan dalam diri: selama ini dia selalu berusaha berikan segalanya, hal terbaik yang pernah dia miliki untuk keluarga kecil kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan dan komentar Teman-teman :)