Memang sejauh ini tontonan Sera masih termasuk pengetahuan dan pendidikan balita seperti Barney, lagu-lagu anak, dan Baby Einstein. Saya juga batasi hanya itu yang boleh dilihat. Untuk menghindari lelet bin lemot karena koneksi internet lambat, saya unduh dulu dari Youtube supaya bisa diulang setiap waktu.
Ini dia kesalahan terbesar saya. Akibatnya memang Sera jadi nagih terus minta nonton hampir setiap waktu!
Walaupun, selama ini saya juga dapet manfaatnya dari hasil tontonan itu. Sera jadi bisa menyebutkan macam-macam bentuk, huruf, angka, dan dikit-dikit bisa nyanyi bahasa Inggris.
Awalnya nonton video ini juga jadi salah satu alternatif ngasih kegiatan main. Selain main dengan saya di rumah, rasanya ngga ada salahnya juga nonton. Kalau nonton tv dia ngga betah lama-lama. Mungkin acaranya juga ngga suka. Selain itu, saya bisa sambil nyuapin Sera. Matanya ngeliat ke Laptop, mulutnya Aamm... Wah semenjak itu, Laptop dan Sera ngga bisa terpisahkan. Duh.
Efek Sera kecanduan.
Begitu Sera sakit, mungkin karena ngga enak badan dia jadi ngga mau makan. Tapi nonton udah jadi kebiasaan rutin yang ngga bisa lagi dihilangkan. Malah semakin nangis kalau ngga dikasih nonton. Sempat saya tolak permintaanya, eh malah nangis kejer, padahal kondisi dia saat itu lagi sakit butuh makan. Eeh nontonnya jalan terus, makannya engga mau. Alhasil Sera semakin lemas, lemah, dan kurus.
Masuk rumah sakit deh.
Makanya pas di rumah sakit itu saya bertekad menjauhkan, menghentikan kebiasaan dia nonton. Sayalah yang paling harus bertanggung jawab atas kecanduan Sera ini. Makanya begitu sampai rumah, saya minta Bebeh mengkondisikan laptop dan meja supaya disimpan di atas. Biar ngga kelihatan mata. Apapun, pokoknya akan saya lakukan supaya dia berhenti kecanduan. Walaupun saya juga ikut kena imbasnya nih, jadi ngga bisa online.
Pulang dari rumah sakit begitu sampai rumah, Sera langsung nanya, "Mana Laptop Kk Sera?"
Dia kemudian merengek minta ke atas. Oh dasar pintarnya, Sera tahu aja gudang penyimpanan ada di lantai 1. Kami turuti permintaan Sera setelah memastikan tempat persembunyian laptop ada di tempat aman. Sesampainya diatas, Sera nangis, merengek, kesel, teriak, marah, karena ngga menemukan benda kesayangannya. Lalu saya bilang kalau Laptopnya rusak. Reaksi nangis, nangis, nangis terus. Kalau sudah begini jurus saya alihkan terus perhatiannya main atau cari makanan manis-manis kesukaan dia di kulkas.
Besoknya, dia nanya lagi, lagi dan lagi. Saya masih keukeuh bilang rusak dan alihkan ke permainan masak-masakan, salon, apapun lah. Pokoknya dia harus lepas dari ketergantungan nonton video.
Sekarang, 5 hari berlalu Sera alhamdulillah sudah lupa sama Laptopnya. Waktu dia berjam-jam depan laptop sekarang diganti dengan kegiatan lain yang saya arahkan. Masak-masakan, main piano, baca buku, menggambar, siram-siram tanaman, dan masih banyak lagi. Dampak yang paling kerasa sekarang Sera udah banyak ngemil loh. Alhamdulillah, senangnya.
Ups, ketauan deh! |
Namun dalam artikel ini tidak mempermasalahkan anak main gadget. Menurut psikolog Jovita Maria Ferliana, M.Psi, gadget diberikan sebagai alternatif sarana pembelajaran berbeda. Beliau juga menuturkan pentingnya orangtua memilih jenis gadget sesuai dengan usia anak dan menetapkan batasan waktu bermain. Untuk artikel lengkapnya sila baca disini.
Oke deh, bagi para Emak yang mengalami kasus seperti saya semoga bisa melepaskan kecanduan gadget anaknya ya. Eh eh eh, tangan saya ditarik tarik Sera nih. Main mewarnai dulu katanya. Hihihi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan dan komentar Teman-teman :)