Selasa, 24 November 2015

[Review Event] Bedah Novel Love Sparks in Korea dan Workshop Kepenulisan Novel - Asma Nadia

Hello Happy Readers, 

Tanggal 4 Oktober lalu saya hadir ke acara Bedah Novel Love Sparks in Korea & Workshop Kepenulisan Novel bersama Asma Nadia dan Isa AlamsyahAcara yang bertempat di Gramedia Bintaro Plaza itu berlangsung ramai dan seru.

Sebetulnya sudah lama ingin nulis di blog ulasan acara ini, tapi karena lagi-lagi belum bisa atur waktu nge-blog makanya sempat tertunda. Gimanapun juga lebih baik tetap nulis walaupun telat, yah? *pembelaan* Hehehe.

Rasanya seneng banget bisa hadir saat itu karena sang penulis, Mbak Asma dan Mas Isa Alamsyah (suami Mbak Asma) banyak berbagi seputar dunia tulis menulis yang selama ini mereka tekuni. Lumayan kan dapat ilmu gratisan. 

Oh ya, ada kabar baik buat yang bercita-cita jadi penulis seperti Mbak Asma Nadia. Profesi menulis beliau dimulai sejak usia beliau 27 tahun! It means, masih ada harapan buat Teman-teman memulai mimpi jadi penulis walaupun sudah berstatus ibu-ibu rempong  kaya saya ini. Semangat!


Suasana Bedah Novel Asma Nadia Love Sparks in Korea di Gramedia Bintaro Plaza



Lokasi yang digunakan dekat kasir lantai 2 Gramedia. Tidak disediakan tempat khusus, acara bedah bukunya digelar di antara display buku. Podium sederhana berupa satu kursi sofa pembicara dengan latar belakang banner menyempil diantara rak-rak buku.  

Penonton disediakan dua baris kursi di bagian depan podium. Namun sedikit saja audiens yang kebagian tempat duduk, sisanya berdiri mengitari podium mini tadi. Walaupun gerah, tempatnya kurang luas, tapi antusias penggemar Mbak Asma tetap membara mengikuti sesi peluncuran buku ini. Audiens yang datang juga banyak, lho dari berbagai daerah yaitu Bogor, Tangerang, Jakarta, sampai Subang. 

Acara dimulai pukul 16.30 sore sampai dengan pukul 17.30. Suasananya ngobrol santai gitu, ceria, penuh canda tawa gara-gara MC nya si penulis "Lupus", mas Boim Lebon. Duh nggak ada habisnya bahan becandaan dia. Pantesan aja serial Lupus kocak gitu aslinya juga kocak abis sih penulisnya. 

Oh iya, saya dapat informasi acara Bedah Novel Love Sparks in Korea & Workshop Kepenulisan Novel dari kawan blogger di Facebook, Mbak Hermini Yulianti (Mia). Beliau woro-woro di timeline ada acara Bedah Buku Asma Nadia. Saya tertarik ikutan karena lokasi acara jaraknya nggak begitu jauh dari rumah. Alasan berikutnya, kapan lagi ketemu penulis best seller nasional?! Hehehe. Tapi sayangnya nggak sempat ketemu Mbak Mia di sana karena si kecil keburu ngajak pulang.


Mas Boim, Mbak Asma dan Mas Isa (Kiri-Kanan)
Oke, kita langsung aja ke sesi sharing dan tanya jawab seputar kepenulisan bareng Mbak Asma Nadia dan Mas Isa Alamsyah, yuk. Di sini ada beberapa tips menulis ala Asma Nadia hasil sharing dalam catatan saya, moga bermanfaat buat teman-teman penulis dan calon penulis.

1. Perbedaan antara novel fiksi dan non fiksi yaitu kalau non fiksi yang diulas adalah gagasan sementara non fiksi harus ada konflik dan tokoh yang kuat.

2. Dalam membuat sebuah cerita, penulis harus jatuh cinta dengan tokoh yang dibuatnya. 

3. Caranya yaitu buatlah karakter yang 'hidup' sehingga pembaca dibuat jatuh cinta pada sang tokoh.

4. Diantara Dosa Penulis Pemula (ada bukunya dengan judul 101 Dosa Penulis Pemula karangan Isa Alamsyah) adalah serangan 'aku' yaitu banyak menuliskan kata aku dalam cerita. 

5. Padahal, satu kata 'aku' di awal maka semua kalimat adalah hak-nya aku. 

6. Cek lagi berapa banyak kata ‘aku’ dalam tulisan kita dan kurangi sebanyak mungkin.

7. Dalam buku Assalamuaikum Beijing, diangkat dari kisah nyata. Isinya tentang harapan bahwa cinta sejati itu masih ada. Salah satu pesan dalam buku ini adalah ketakutan kita sebagai manusia tidak boleh menghalangi harapan.

8. Penting bagi setiap orang tua menanamkan impian bagi anak-anaknya. Walaupun dalam kehidupan serba terbatas, tapi tetap tanamkan impian.

9. Mbak Asma Nadia berasal dari keluarga yang sederhana namun selalu hidup dengan impian-impian, beliau punya mimpi dan mau mengejar impiannya.

10. Buku Love Sparks in Korea adalah buku pertama yang ada iklan di dalamnya (salah satu terobosan baru untuk menekan harga).

11. Dalam sesi sharing oleh Mas Isa ada materi 'Digital Editing,' yaitu proses mengubah tulisan ke PDF lalu dipindah ke Google Drive. Materi yang ini saya nggak mudeng mungkin hanya 'orang tertentu' aja yang paham alias para penulis. 


Pertanyaan-pertanyaan audiens:
1. Bagaimana membangun semangat menulis bagi orang-orang yang terjebak pada rutinitas?

Tips menumbuhkan semangat menulis bagi Mbak Asma dan Mas Isa adalah semakin banyak berkarya maka semakin banyak pahala. Jadi saran mereka berdua yaitu tuliskan alasan kuat mengapa mau menulis.

Kemudian, selesaikan dulu cerita satu bab, lalu ke bab berikutnya. Atau bisa dibuat model cerita bersambung. Satu waktu ada temannya Mbak Asma Nadia bilang, jadi novelis itu susah. Lalu saran Mbak Asma Nadia, mulailah dengan menulis cerpen dulu.

2. Bagaimana bikin tulisan yang membuat pembaca greget?

Menulis itu bukan tentang yang kamu mau, tapi yang pembaca mau. Bukan berarti mengesampingkan idealisme penulis, hanya tetap memperhatikan apa yang pembaca sukai. 

3. Apakah ada aib (penulis) yang tidak pantas diceritakan ke pembaca?

Mbak Asma Nadia menjawab, tidak ada aib yang tidak pantas diceritakan. Apalagi untuk cerita fiksi sifatnya khayalan. Yang perlu diperhatikan adalah adab ketika menuliskannya selalu perhatikan etika penulisan. Misalnya dalam adegan (maaf) pelecehan seksual jangan diekspos adegan tapi kekejaman yang dilakukan si pelaku.

4.Pernahkah Mbak Asma Nadia menulis tema lain seperti alam?

Dalam buku Rumah Tanpa Jendela, Mbak Asma Nadia menulis tentang tema Anak Kebutuhan Khusus (ABK).

Si Pengejar Mimpi
Mbak Asma Nadia berpesan, rugi banget mereka yang nulis hanya untuk uang. Sedangkan komitmen Mbak Asma Nadia terus dan tetap menulis adalah, 

“Saya ingin selalu di samping anak-anak saya pada saat saya telah tiada..”

Maksudnya bila anak-anak Mbak Asma menemui kesulitan pada satu hari nanti sepeninggal beliau misal dalam urusan rumah tangga bisa membaca buku bunda mereka dalam Sakinah Bersamamu atau Catatan Hati Bunda. 

Salah satu target menulis Mbak Asma Nadia berikutnya ingin menerbitkan buku tentang kematian yang ringan dibaca dan populer sehingga bisa dinikmati siapa saja.

Tidak terasa, kurang lebih dua jam saya berdiri bersama audiens lain. Walaupun kaki pegal tapi tetap semangat mengikuti sampai acara lewat batas waktu pukul 18.00. Setelah selesai diskusi, acara ditutup dengan penandatanganan buku Love Sparks in Korea dan foto bareng tentunya. 

Ada satu pertanyaan bagus dari pengunjung, 


Apakah Mbak Asma Nadia pernah mengalami kegagalan? 

Salah satu naskah Mbak Asma yang akan difilmkan pernah ditolak oleh produser. Padahal saat itu dia sudah menjadi penulis terkenal, lho. Mbak Asma dibuat menunggu dalam ketidakpastian oleh sang produser. Sampai nunggu di lorong kantor production house tersebut. Lalu setelah beberapa waktu berselang naskah ditolak lewat telepon. 

Alhamdulillah dengan perjuangan Mbak Asma dan Mas Isa, akhirnya bisa tembus juga ke production house lain dan filmnya laku berat, terlaris tahun 2015. Itulah kisah film dibalik Surga Yang Tak Dirindukan. Malah, si produser yang dulu menolak naskah Mbak Asma membuat film tandingan tapi eh nggak laku. (Sukurin, loh.. ;0 )

Mbak Asma pernah gagal, tapi beliau tidak pernah menyerah di situ. Bagi saya Mbak Asma menginspirasi agar kita terus mengejar mimpi-mimpi kita. Jangan pernah menyerah meraihnya.

Saya datang ke acara ini sebagai pengagum Mbak Asma Nadia. Sosok wanita salah satu dari 500 muslim paling berpengaruh di dunia telah berhasil menginspirasi banyak orang melalui karyanya. Beliau banyak menularkan virus-virus mimpi pada kami yang hadir di sana. Jadi tambah semangat nih meraih mimpi-mimpi sendiri. Teman-teman juga kan?!

Acara peluncuran Buku ini sukses digelar apalagi banyak tebar-tebar hadiah dari Asma Nadia Publishing House. Ada buku, jilbab pastel bergambar lucu-lucu, juga Tote Bag Jilbab Traveller. Sayang saya masih terlalu pemalu buat ngacung jawab pertanyaan. Heuheu.

Ada lagi yang menarik nih, penggemar Mbak Asma bukan dari kalangan anak muda saja. Ada seorang ibu berusia sepuh, namanya Ibu Indri yang juga seorang penulis buku masak. Beliau ikut hadir di antara penggemar yang rata-rata usia mahasiswa. Saat ini beliau menetap di Australia bersama suaminya yang orang sana asli (Pak Martin). Bu Indri mengikuti terus perjalanan karir menulis Mbak Asma sedari dulu. Saat pulang ke Indonesia Bu Indri sempatkan hadir berikan dukungan ke Mbak Asma di acara peluncuran Love Sparks in Korea. So sweet.

Finally Buku Love Sparks in Korea sudah dibeli, tambah manis bertanda tangan si penulisnya. Lalu pertanyaan muncul, kapan ya bacanya?! 

Satu frame sama Mbak Asma Nadia, yeay.
Mas Boim juga nggak mau kalah promo bukunya, 19+.


Pose di depan banner dulu ah bareng Sera.


2 komentar:

Terima kasih atas kunjungan dan komentar Teman-teman :)