Selasa, 14 Maret 2017

Mameh dan Dunia Anak

Hi Happy Readers,

Semenjak punya anak saya berasa jadi orang yang 'beda'. Tapi bukan beda 'embek - kuda' lho ya. Berubah status ganti jadi emak-emak aka mamah muda beranak dua. Dulu waktu masih punya anak satu ngerasain betapa rempongnya jadi emak-emak itu. Harus mikirin suami dan anak, ya rumah juga. Tapi lambat laun kerempongan itu bisa dilewati satu persatu.

Kebiasaan sudah pasti berubah sekarang apa-apa put kids things first.

Dan perubahan paling besar buat saya yaitu berubahnya minat saya dari hal-hal berbau kewanitaan seperti fesyen, make up, atau hijab dan semacamnya ke sesuatu yang bener-bener beda. Sekarang kayanya pikiran, jiwa, raga saya kaya kesedot ke pusaran dunia anak. Nggak hanya minat atau suka tapi sukaaaaa buangeet sama...

Mainan, Fashion, Pendidikan, Tempat main, Kesehatan anak, Makanan, 
Psikologi Anak, dan Buku anak!

Awal nulis blog saya masih gado-gado sesuai minat saya apa saja ditulis. Makin ke sini saya makin menaruh perhatian yang besar sama dunia anak. Kayaknya sejak si sulung tergila-gila My Little Pony dan hampir tiap hari bahas itu, maunya nonton itu, belinya mainan MLP, kita pura-pura jadi karakter poni di MLP, dst..

Mau nggak mau saya harus tahu siapa-siapa aja karakter di dalamnya jadi kenalan lah sama keenam karakter utama My Little Pony. Awal-awal hafalin namanya aja lidah udah kaya kelipet-lipet saking ribetnya. Kalau saya salah sebut si Kakak marahin saya.

"Kenapa sih Mameh nggak hafal melulu?" sambil manyun si kakak.


Bahan ujian kelas My Little Pony




Rasanya menderita banget terpaksa ngafalin itu semua. Rumus Kimia Matematika aja nggak masuk-masuk, nggak berbekas sampai sekarang. Lha, ini namanya sih lucu-lucu gemesin tapi arrggghh.... Sering ketuker-tuker namanya, Rainbow Dash jadi Twilight, Pinkie Pie disangka Fluttershy. Aaah... *gigit daster*

Tujuh purnama berlalu. Lulus akhirnya menghafal nama-nama Pony - hampir semua sih. Itu belum saudara sepupunya, kakek atau neneknya dan teman-teman sepermainannya. Yah mendingan sih nggak dimarahin si kakak lagi dan jadi rada nyambung kalau diajak main sama dia.

Oke, itu baru intermezzo.

Gara-gara si kakak lagi saya jadi kecanduan beli mainan juga.  Lupakan bedak mahal atau lipstik 500 ribuan. Yang penting cukup beli pensil alis sama lipen 50 ribuan. Sekarang saya bela-belain nabung beli mainan daripada bahan ngelenong. He-he...

Tentang fashion anak, wah ini juga saya suka banget perhatiin gaya-gaya baju anak. Modelnya kan lucu-lucu, warna-warni, bikin aura kelucuan anak makin gemesin. Fesyen anak cewek lebih variatif bikin nggak bosen. Mungkin hikmahnya punya anak dua cewek, Tuhan tahu saya seneng dandanin anak cewek. Ihiy.

Pendidikan anak, les-les anak, wah kalau ini juga bahasan tiap hari saya dan suami. Dari si Kakak usia 18 bulan sudah kami masukkan ke Playgroup. Kami setuju pendapat pakar psikologi anak kalau stimulasi anak sedini mungkin nggak akan pernah merugi. Semakin cepat distimulasi perkembangan dia akan semakin bagus. Nggak mesti sekolah, aktivitas di rumah pun bisa. Seperti yang sekarang-sekarang ini hits montessori di rumah.

Mainan udah, fashion, pendidikan, terus playground (Taman Bermain). Hunting tempat-tempat seru buat main anak-anak juga saya suka. Banding-bandingin antara taman bermain satu dan lainnya. Ada Kidzoona, Minniapolis, Lolipop, Play Time, Playparq, Fun World, Giggle Fun, dst. Kalau masih kecil emak bapaknya bisa ikut main juga. Yipeeeyy *efek masa kecil kurang bahagia*

Tentang makanan anak juga nggak ada habisnya, cemilan anak juga banyak banget macemnya. Yang impor lah, organik lah, dll. Ada cemilan yang lagi saya suka nih, si nyam-nyam Milky Moo. Wuenak bangett..

Masih ada lagi...

Kesehatan anak, banyak juga yang bisa diubek. Misal cari dokter anak yang bagus, pro ASI, pro RUM, dokter alergi, dokter gigi yang ramah anak, dll.

Psikologi anak jelas lah ya karena pernah belajar 5 tahun di jurusan itu. Kalau kata temen-temen seperjuangan sih kita tuh masuk Psikologi sambil berobat jalan. Hehe. And to be honest, selama kuliah saya nge-blank banget sama apa yang udah dipelajari. Semua sekedar teori belaka. Namun semua teruji waktu punya anak. Langsung buka-buka lagi buku kuliah yang udah berdebu dan bersarang laba-laba. Ternyata ilmu saya selama kuliah bagai remah-remah rempeyek.

Anak rewel terus panik sayanya. Masuk fase tantrum terus bingung mau ngapain. Paling kaget sih waktu si kakak maunya nempel terus sama ibunya sejak bayi ternyata dia masuk kategori anak kebutuhan tinggi (anak velcro) menurut teori dr. Sears.

Sarjana psikologi merasa gagal menangani anak sendiri itu rasanya kaya pengen ditenggelamin ke laut aja sama ibu Susi. Hikss.

That's why setelah punya anak dengan tantangan seperti ini, saya pengen ngulang yang dulu pernah di pelajari di bangku kuliah. Belajar lagi dari nol, beli buku-buku seputar pengasuhan, dan baca-baca majalah parenting.

And this is what I reallly love right now...


Tentang buku-buku anak. Yang terakhir ini bikin saya tergila-gila. Rasanya saya kaya lagi menyelam ke dasar lautan terus menemukan harta karun. Buku anak itulah harta karunnya.

Di dalam buku anak ada banyak gambar berwarna-warni, ilustrasi indah, tentang dongeng klasik abadi, cerita sebelum tidur, kisah binatang, dan sejuta kekayaan yang terpendam lainnya.

Memberikan warna tersendiri, meninggalkan jejak indah dalam memori masa kecil.

Buku bisa memunculkan gairah meraih cita-cita, harapan dan mimpi di masa depan. Dari buku kita bisa dapat inspirasi kalau aku besar nanti. Entah jadi pendongeng, jadi pilot, presiden, desainer, arsitek, penulis, pemadam kebakaran, dan lain-lain.

Buku membawa kita melewati perjalanan lintas ruang, waktu, negara, bahkan planet! Cerita-cerita dalam buku meninggalkan memori masa kecil yang menuntun kita berjalan di masa depan.

Saya berpikir harta berharga dari seorang anak adalah imajinasinya. Dia kendaraan paling canggih yang bisa membawa ke mana pun yang anak-anak mau. Imajinasi adalah sumber inspirasi, cita-cita dan kebahagiaannya. Keindahan imajinasi tak terbatas dan abadi.

Buku-buku adalah sumber inspirasi dan imajinasi anak-anak

Saya suka banget kalau bacain buku tentang imajinasi. Karena membayangkan hal yang secara realita nggak mungkin, tapi kita bisa merasakannya jadi kenyataan saat menutup mata masuk dalam mimpi kita. Rasanya tuh bahagiaa banget. Priceless.

Kebayang ngga sih, masa kecil kita dulu, imajinasi, khayalan, semua mimpi yang kita rasa dan percaya itu nyata? Bikin bahagiaaa banget seperti ada bunga-bunga bermekaran di dada.

That's why kebahagiaan saya waktu bacakan buku anak ingin saya tuangkan melalui tulisan di blog. Buku anak apa saja yang pernah saya baca dan apa yang bisa kita eksplor dari buku itu. Banyak banget yang pengen saya share tentang buku anak.

Beberapa buku bagus, dan sangat banyak yang bagus banget. Apabila dikaitkan dengan psikologi anak, buku-buku ini bisa jadi pembangun jiwa mereka.

Kalau pengalaman saya, buku-buku bisa membantu saya mendidik Sera. Selama ini Sera termasuk anak yang terbilang susah dan nggak mau diatur. Kerepotan dong giliran saya harus kasih tahu dia begini dan begitu. Selain nggak mau diatur Sera juga nggak mau digurui. Tapi melalui buku saya bisa memasukkan unsur-unsur pendidikan moral / ahlak ke dia.

Berhasil? Sebagian besar iya.

Kalau dia nggak mau mandi dan menolak menyisir rambut, saya suka ingatkan dia buku "Sweet Princess." Bercerita tentang betapa menyebalkannya Zoey saat pemalas tapi begitu menjadi Sweet Princess dia anak penurut dan baik budinya. Sera pelan-pelan mau ikut seperti di buku, menjadi Sweet Princess yang cantik, baik dan penurut.

Selama ini buku-buku anak adalah sumber inspirasi saya mendidik si Kakak dan si Adik. Buku anak juga lah yang jadi partner saya dan suami memasukkan unsur-unsur moral dalam kehidupan emas mereka.

Nah maka dari itu, mulai sekarang saya mau ubah blog ini jadi khusus untuk ulasan buku anak. Psst, saja juga mulai menjual buku-buku yang kira-kira rekomen buat anak. Ada nanti di blog ini ya.

Mimpi saya sederhana, saya ingin bangsa Indonesia di masa depan punya generasi yang cinta buku. Menjadikan buku santapan sehari-hari, cemilan kala waktu senggang, dan teman setia. Selain itu saya membayangkan setiap orangtua nantinya selalu antusias membacakan buku buat anak-anak mereka. Seperti antusiasnya mereka saat membaca buku waktu kecil.



With love,


Mameh Ghina



1 komentar:

  1. Kalau menurut keluarga saya, yang paling terlihat berubah dari diri saya setelah menjadi ibu adalah kedengeran suaranya. Tadinya saya lebih suka ngamar dan menenggelamkan dengan banyak buku. Setelah jadi ibu, saya jadi cerewet. Tapi bukan berarti ngomel melulu. Cerewet di sini artiannya jadi lebih banyak ngobrol.

    Memang sih saya juga nyadarin banget sejak jadi ibu banyak berubah. Termasuk ikut menyelam ke dunia anak :D

    BalasHapus

Terima kasih atas kunjungan dan komentar Teman-teman :)